Terungkap! AS Pernah Minta Bantuan Putin Saat Memburu Osama bin Laden
Inews Batulicin- Sejarah hubungan Amerika Serikat (AS) dan Rusia kembali menarik perhatian publik setelah sebuah dokumen penting baru saja dideklasifikasi. Fakta mengejutkan terungkap: Washington ternyata pernah meminta bantuan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam upaya memburu pendiri al-Qaeda, Osama bin Laden.
Permintaan Clinton pada Putin
Kisah ini bermula pada 4 Juni 2000, saat Presiden AS Bill Clinton bertemu dengan Vladimir Putin di Kremlin. Pertemuan itu tercatat dalam notulen resmi yang kini dipublikasikan setelah gugatan “Kebebasan Informasi” oleh Arsip Keamanan Nasional di Universitas George Washington.
Dalam pertemuan bersejarah itu, Clinton menyampaikan kekhawatirannya terhadap ancaman terorisme internasional, terutama keberadaan Osama bin Laden. Clinton secara langsung bertanya kepada Putin:
“Bagaimana dengan kerja sama antiterorisme antara negara kita, khususnya melawan Osama bin Laden?”
Clinton bahkan mengusulkan sebuah “strategi terkoordinasi” antara Washington dan Moskow untuk menghadapi kelompok teroris global.

Baca Juga : Marc Marquez Enggan Kunci Gelar MotoGP 2025 di Misano, Demi Sang Adik
Respons Putin: Ajakan Membentuk Front Bersama
Putin, yang baru saja terpilih sebagai presiden kala itu, tengah menghadapi gelombang pemberontakan kelompok militan Islamis di Kaukasus Utara. Menurut catatan pertemuan, Putin menyebut perlunya sebuah front bersama untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai “Teroris Internasional.”
Meski begitu, tidak ada kejelasan apakah Putin benar-benar menyetujui permintaan Clinton. Yang pasti, kerja sama konkret antara AS dan Rusia dalam memburu bin Laden tidak pernah terealisasi.
Bin Laden Tetap Diburu Hingga 2011
Seperti diketahui, Osama bin Laden baru berhasil dilumpuhkan satu dekade kemudian. Pasukan khusus AS (Navy SEALs) membunuhnya dalam operasi rahasia di Abbottabad, Pakistan, pada 2011. Namun, hingga kini publik tidak pernah melihat bukti visual jasad sang pemimpin al-Qaeda, yang menimbulkan beragam teori konspirasi.
AS dan Rusia: Dari Harapan Kerja Sama hingga Ketegangan
Selain membahas bin Laden, Clinton dan Putin juga sempat menyinggung kemungkinan Rusia bergabung dengan NATO. Clinton menyadari bahwa ekspansi NATO ke arah timur dipandang sebagai ancaman oleh banyak pihak di Moskow. Putin pun menekankan perlunya “hubungan skala penuh antara Rusia dan NATO.”
Pasca tragedi 11 September 2001, hubungan AS–Rusia sempat menghangat. Keduanya menjalin kerja sama erat melawan kelompok Islam radikal, bahkan membentuk satuan tugas gabungan. Namun, hubungan itu tidak bertahan lama.
Ketika AS melancarkan invasi ke Irak pada 2003, Moskow mengecam keras langkah tersebut. Rusia menilai tindakan Washington sebagai pelanggaran hukum internasional sekaligus preseden berbahaya.
Dari Irak hingga Ukraina: Hubungan Kian Memburuk
Beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara semakin renggang. Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 membuat komunikasi antara Washington dan Moskow semakin minim. AS memperketat sanksi, sementara Rusia menuduh Barat menerapkan standar ganda.
Meski begitu, ada momen ketika kedua negara berusaha menjalin kembali komunikasi. Pada masa pemerintahan Donald Trump, misalnya, pembicaraan bilateral mengenai kerja sama ekonomi dan energi sempat kembali digelar, bahkan diwarnai dengan pertemuan puncak di Alaska.
Ancaman Terorisme Masih Jadi Isu Global
Kini, meski Osama bin Laden sudah lama tiada, isu terorisme internasional masih membayangi dunia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bahkan baru-baru ini menegaskan bahwa Moskow tetap terbuka untuk bekerja sama dengan siapa pun dalam memerangi terorisme, asalkan tidak ada standar ganda.
Kisah permintaan tolong Clinton pada Putin menjadi pengingat bahwa di balik ketegangan politik internasional, kedua negara adidaya ini pernah hampir bersatu demi tujuan yang sama: memberantas terorisme global.
















